Sabtu, 03 Mei 2014

#2. AKU MELIHATMU DENGAN SEDERHANA

Aku melihatmu dengan sederhana. Sesederhana kau berjalan di jalan setapak yang penuh dengan air kubangan itu untuk mengambil sapu tangan merahku.

Aku melihatmu dengan sederhana. Sesederhana aku membawakan tas dinas milikmu ketika aku mengantarmu kedepan gerbang  tembok akademimu.

Aku melihatmu dengan sederhana. Sesederhana kau menggandeng kedua tanganku ketika kita berjalan beriringan kedepan teman-temanmu.

Aku melihatmu dengan sederhana. Sesederhana aku membawakan makanan kesukaanmu ketika kita bertemu.

Aku melihatmu dengan sederhana. Sesederhana ketika kita duduk berdua dibawah langit sore yang mendung itu.

Aku melihatmu dengan sederhana. Sesederhana aku merapihkan kemeja dinasmu dengan kedua tanganku.

Kita bertemu  dengan sederhana. Sesederhana ketika perhatian itu muncul diantara kita  berdua tanpa kita sempat untuk mencegahnya.

Kita bertemu dengan sederhana. Sesederhana ketika perhatian itu berubah menjadi sebuah rasa yang lebih sakral yang bisa kusebut itu sayang.

Kita menjalaninya dengan sederhana, menjalani semuanya tanpa menuntut apa-apa.
Kesederhaan ini muncul diantara perbedaan yang nyata, terbungkus rapi dengan sebuah kejujuran tanpa ada satu pun celah didalamnya.

Rangkaian kata demi kata dalam sebuah kalimat cinta itu tidak menandakan apa-apa, begitu katamu. Karena aku tahu, kau tak pandai membuat rangkaian kata seperti bahwasanya yang lainnya.

Setiap hal yang kita lakukan bukanlah hal mewah yang pantas untuk diperlihatkan, tapi setiap hal yang kita lakukan selalu membuat cerita manis didalam pikiran.

Karena sesungguhnya, sayang kepada orang lain itu tidaklah harus berlebihan. Asal keduanya sama-sama berjuang.


© aapangestu, May.